Jumat, 01 Juli 2011

PENGOLAHAN JERAMI SEBAGAI KOMPOS DAN PAKAN TERNAK PENDAHULUAN



Tanah dinyatakan subur bila dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah cukup dan seimbang serta mempunyai aerasi yang optimum. Tanah yang terus menerus ditanami tingkat kesuburan tanahnya akan semakin berkurang karena sebagian besar hara yang terdapat didalamnya akan diangkut keluar oleh tanaman. Hara yang ditambahkan dari pupuk melalui pemupukan merupakan suplai terbesar dari suatu sistem tanah. Unsur hara yang ada di dalam tanah sangat dibutuhkan tanaman untuk dapat hidup dan berkembang biak. Dengan bantuan energi dari sinar matahari, hara dari dalam tanah ditambah dengan karbon dioksida dari udara ini diubah menjadi senyawa komplek untuk membentuk batang, daun, dan bulir-bulir padi atau beras. Padi atau beras akan dipanen dan dibawa ke tempat lain, sedangkan jerami sisa-sisa panen umumnya dibakar.
Ketersediaan bahan pakan hijauan sangat dipengaruhi faktor musim, dimama pada musim penghujan tersedia dalam jumlah banak dan berlimpah sedangkan pada musim kemarau ketersediaan sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya peternak memberi pakan sisa-sisa pertanian seperti jerami. Kendala utama dari pemanfaatan jerami padi sebagai salah satu bahan pakan ternak adalah kandungan serat kasar tinggi dan protein serta keecernaan rendah. Penggunaan jerami secara langsung atau sebagai pakan tunggal tidak dapat memenuhi pasokan nutrisi yang dibutuhkan ternak. Adanya faktor pembatas pada jerami padi dengan nilai gizi yang rendah yaitu rendahnya kandungan protein kasar, tingginya serat kasar, lignin, silika (Ranjhan, 1977). Untuk itu, jerami padi perlu ditingkatkan nilai nutrisinya dengan melakukan pengolahan, baik fisik, kimia, maupun biologis.
Agar limbah pertanian berupa jerami padi dapat digunakan secara luas pada ternak ruminansia dalam mengatasi kendala-kendala penyediaan bahan pakan ternak pada musim kemarau dan pemanfaatan limbah yang berlimpah maka perlu dilakukan  suatu upaya peningkatan daya guna dari imbah tersebut melalui suatu teknologi pakan yang tepat guna. Salah satu teknologi pakan tepat guna yang dilakukan dalam pengolahan bahan pakan ternak adalah bioteknologi melalui fermentasi.

PENGOLAHAN KOMPOS JERAMI
Jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah. Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah, dan lambat laun akan mengembalikan kesuburan tanah.
Dilihat dari segi recycle, tentu sangatlah jelas bahwa limbah jerami dapat didaur ulang kembali menjadi barang yang lebih bermanfaat khususnya bagi penyediaan unsur hara tanah, dari segi reuse, penggunaan limbah jerami dapat dipergunakan secara terus menerus untuk dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanah, dilihat dari segi reduce, dengan menggunakan limbah jerami dapat mengurangi tingkat polusi, karena penggunaan limbah jerami dapat menimbulkan polutan apabila dibakar sehingga dapat menimbulkan polusi udara dan dapat berakibat pada pemanasan global yang akan berakibat buruk pada bumi kita.
Dengan mengolah kembali limbah jerami menjadi kompos, kita dapat menghemat pembelian pupuk organik. Jika kita membandingkan pupuk organik sebanyak 1 kg dengan harga Rp.2000-7500 , dengan pupuk kompos jerami 1 kg yang dapat dibuat sendiri dengan biaya operasional Rp 0, ,maka dapat menghemat biaya operasional lahan sebesar Rp. 2000-7500 per 5 meter persegi lahan.
Pembuatan pupuk jerami hanya mempergunakan teknologi fermentasi. Selama masa fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian jerami menjadi kompos. Selama waktu fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami. Proses pelapukan ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu, penurunan volume tumpukan jerami, dan perubahan warna.
Suhu tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah inkubasi. Suhu akan terus meningkat selama beberapa minggu dan suhunya dapat mencapai 65-70oC. Pada saat suhu meningkat, mikroba akan dengan giat melakukan penguraian/dekomposisi jerami. Akibat penguraian jerami, volume tumpukan jerami akan menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula. Sejalan dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklat kehitam-hitaman. Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.
PENGOLAHAN JERAMI SEBAGAI PAKAN TERNAK
Pemanfaatan jerami sebagai pakan tunggal tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pada ternak. Hal ini dapat menurunkan produktivitas ternak. Pasokan protein dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk pertumbuhan dan meningkatkan populasi optimum untuk proses degradasi serat bahan pakan dalam rumen. Untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan suatu pengolahan yang sesuai sehingga bahan pakan ligniselulosik memiliki kualitas yang cukup sebagai pakan ternak ruminansia.
Ada beberapa apengolahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecernaan potensial serat kasar (Preston dan Leng, 1987). Peningkatan kuantitas bagian yang dapat dicerna pada pakan yang berkualitas rendah dapat dilakukan melalui proses kimia, fisik dan biologis (Hugate, 1966).
Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, peletin, penghancuran, dan lain-lain. Perlakuan biologis dengan menggunakan jamur (fungi). Proses kimiawi pencernaan limbah-limbah pertanian dapat ditingkatkan dengan penambahan alkali dan asam (Pigden dan Bender, 987). Walker dan Kohler (1987) menyatakan bahwa perlakuan-perlakuan kimia yang telah dicoba diteliti antara lain terdiri atas perlakuan NaOH, KOH, Ca(OH), dan urea.
                Bioteknologi merupakan suati bidang penerapan biosains dan teknologi yang menyangkut aplikasi praktis organisme hidup atau komponen subselulernya pada industri jasa dan manufaktur serta pengolaan lingkungan. Bioteknologi memanfaatkan bakteri, kapang, ragi, alga, sel tumbuhan atau sel jaringan hewan yang dibiakkan sebagai konstituen berbagai proses indudtri. Bioteknologi mencangkup proses fermentasi, pengolahan air sampah, sebagian teknologi pangan dan berbagai penerapan baru mulai dari biomedis hingga daur ulang logam dari batuan miner berkualitas rendah. Proses bioteknologi dapat dibagi dua jenis yaitu bioteknologi tradisional dan bioteknologi modern. Bioteknologi tradisional yaitu bioteknologi yang terjadi pada suatu makanan atau bahan pakan dengan cara menambahkan suatu enzim atau mikroorganisme tertentu sehingga terjadi perubahan fisik, penampilan,dan rasa akibat proses biologis dalam bahan (Pilliang, 1997).
Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari mikroba untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substratorganik dengan menghasilkan produk tertentu (Saono, 1976) dan menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan tersebut (Winamo, dkk.,1980).
Mikroba yang banyak digunakan sebagai inokulum fermentasi adalah kapang, bakteri, khamir dan ganggang. Pemilihan inokulum yang akan digunakan lebih berdasarkan pada komposisi media, teknik proses, aspek gizi, dan aspek ekonomi (Tannanbeum, dll., 1975). Bahkan deasa ini mikroba sebagai probiotik dengan berbagai merk dagang dapat diperoleh dengan mudah.
Fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selululitik, lipolitik, dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (contohnya : starbio, starbioplus, EM-4, dan lain-lain).
Hasil penelitian Syamsu (2006) menggambarkan bahwa komposisi nutrisi jerami padi yang telah difermentasi dengan menggunakan starter mikroba (starbio) sebanyak 0,06% dari berat jerami padi, secara umum memperlihatkan peningkatan kualitas dibanding jerami padi yang tidak difermentasi. Selanjutnya dikatakan kadar protein kasar jerami padi yang difermentasi mengalami peningkatan dari 4,23% menjadi 8,14% dan diikuti dengan penurunan  kadar serat kasar. Jal ini memberikan indikasi bahwa starter mikroba yang mengandung mikroba proeolitik yang menghasilkan enzim protease dapat merombak protein menjadi polipeptida yang selanjutnya menjadi peptida sederhana.
Selanjutnya Syamsu (2006) menyatakan bahwa penggunaan starter mikroba menurunkan kadar dinding sel (NDF) jerami padi dari 73,41% menjadi 66,14%. Dengan demikian dapat diduga bahwa selama fermentasi terjadi pemutusan ikatan lignoselulosa dan hemiselulosa sehingga selulosa dan lignin dapat terlepas dari ikatan tersebut oleh enzim lignase. Fenoena ini terlihat dengan menurunnya kandungan selulosa dan lignin jerami padi yang difermentasi.
Menurunnya kadar lignin menunjukkan selama fermentasi terjadi penguraian ikatan lignin dan hemiselulosa. Lignin merupakan benteng pelindung fisik yang menghambat daya cerna enzim terhadap jaringan tanaman dan lignin berkaitan erat dengan hemiselulosa. Dipihak lain, dengan menurunnya kadar NDF menunjukkan telah terjadipemecahan selulosa dinding sel sehingga pakan akan lebih mudah dicerna oleh ternak.















PENUTUP
Limbah pertanian berupa jerami padi sangatlah potensial bila dimanfaatkan sebaga pupuk kompos dan bahan pakan ternak ruminansia.  Untuk meningkatkan pemanfaatan jerami padi sebagai bahn pakan ternak perlu dilakukan pengolahan yang tepat guna berupa bioteknologi melalui fermentasi.
Pengolahan jerami secara bioteknologi melalui fermentasi memiliki keunggulan antara lain bahan pakan (jerami) yang difermentasi memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibanding tanpa fermentasi (meningkatkankan protein dan menurunkan sert kasar) dan memiliki sifat organoleptis (bau harum, sam) sehingga disukai ternak (palatable).














REFERENSI
Hungate, R.E. 1996. The rumen and its microbes. New York: Academic Press.
Pigden, W.J. and F. Bender. 1978. Utilization of Lignocellulosic by rumunant. World. Anim.  Rev.12:30-33.
Preston, T.R. and R.A. Leng. !987. Matching Ruminant Production Systems with Available Resources in the Tropic and Sub-Tropic, International Colour Production. Stanthorpe, Queensland, Australia.
Ranjhan, S.K. 1977. Animal Nutrition and Feeding Practice in India. New Delhi: Vikan Pub. House PVT Ltd.
Syamsu,. J.A.2006. Kajian Penggunaan Starter Mikroba Dalam Fermentasi Jerami Padi Sebagai Sumber Pakan Pada Peternakan Rakyat di Sulawesi Tenggara. Dalam Seminar Nasional Bioteknologi. Puslit Bioteknologi LIPI: Bogor.
Yunilas,.M.P.2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Karya Ilmiah. Departemen Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.












MAKALAH
DASAR-DASAR ILMU TANAH
PENGOLAHAN JERAMI SEBAGAI KOMPOS DAN PAKAN TERNAK
UGM
Disusun Oleh:

Nama                              : Christina Dian K
NIM                                : PN/12049
Prodi                               : Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan
Hari, tanggal                  : Selasa, 19 Juni 2011



FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011



1 komentar: